Selasa, 05 Februari 2013

KAMBANIRU DO MAU, MENGNGARU NGA MEREDE


BUPATI: SEGELINTIR ORANG MENILAI NEGATIF WGC.
Waingapu,WT: Demikian kalimat dalam Bahasa Sabu yang terlontar dari ucapan Lurah Kambaniru, Frans Leba ketika menyampaikan sambutan dalam kegiatan WGC (Waingapu Go Green and Clean) di SD Masehi Kambaniru 2, Kelurahan Kambaniru, Kecamatan Kambera, Waingapu, Sabtu (02/02) sekaligus merupakan penyemangat bagi warga Kelurahan Kambaniru yang didominasi oleh warga suku Sabu yang turut hadir mendukung gerakan WGC pagi itu. Waingapu Go Green And Clean atau Waingapu Menuju Hijau dan Bersih adalah hasil kerjasama Pemkab Sumba Timur dengan Harian Timor Express (Timex) Kupang.
“Kambaniru Do Mau, Mengngaru Nga Merede atau Kambaniru Yang Bersih, Sejuk, Nyaman dan Sejahtera, itulah tekad kami warga Kambaniru saat ini", kata Frans.
"Gerakan menanam pohon bagi warga Kambaniru bukanlah hal baru, lihat lingkungan sekeliling kami, hijau dan sejuk, air juga berlimpah, selain itu kami sudah mempunyai KBR (Kebun Bibit Rakyat; Red) yang sudah menghasilkan hingga 50 ribu anakan untuk dibagikan dan ditanam di kebun atau lahan kosong milik warga”, ungkapnya.
“Untuk 100 anakan cendana dan 50 anakan sukun yang sudah diserahkan untuk SD ini adalah sebagai modal bagi anak cucu, harapan saya dan kita semua agar dijaga dan dirawat”, pintanya.
Pencanangan Gerakan WGC di Kelurahan Kambaniru ini dihadiri Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora, Wakil Bupati Matius Kitu, Ketua DPRD Palulu Pabundu Ndima, Ketua Panitia Gerakan WGC Djunaidi Garib, Anggota DPRD Steven Julius Galla, Kepala Dinas/SKPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Pemuda, Ketua RT/RW dan warga Kambaniru umumnya.
Bupati Sumba Timur, Drs.Gidion Mbilijora,M.Si dalam kata sambutannya mengatakan, yang menjadi target dalam pelaksanaan Gerakan WGC adalah menjadikan Waingapu kota yang sejuk, hijau dan bersih, ini juga berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat, bukan perolehan Penghargaan Adipura, tegas Bupati,  meskipun sudah beberapa kali telah berkunjung tim dari pusat menilai kondisi kota Waingapu.
“WGC adalah gerakan moral yang mestinya dilaksanakan dengan penuh kesadaran, kita mulai dari lingkungan keluarga kita masing-masing”, himbaunya.
 “Tadi pagi kami bersama-sama anggota Kodim 1601 telah membersihkan saluran drainase di Kelurahan Matawai, hasilnya terlalu banyak sampah plastik di sana. Berkaitan dengan sampah, akan dilakukan pelatihan kepada masyarakat  bagaimana cara mendaur-ulang sampah plastik, akan ditambahkan juga tempat pembuangan sampah sementara karena jumlah yang tersedia saat ini tampak masih kurang. Juga akan di usahakan secepatnya motor sampah dan gerobak sampah mobile, akan diberdayakan dari Pemuda Karang Taruna, biaya operasionalnya akan diambil dari sebagian pungutan sampah dari warga kota”, terangnya.
Sudah banyak Desa yang menetapkan dan melaksanakan Peraturan Desa (Perdes), kata Bupati, tentang kewajiban warganya untuk menanam pohon, ini bagian dari investasi hijau yang saat ini sedang ramai dibicarakan dan banyak ditekuni masyarakat Sumba Timur.
Disinggung oleh Bupati informasi tentang adanya segelintir orang yang melihat secara negatif gerakan WGC. “Sudahlah tak usah kita pedulikan itu. Yang omong juga bukan orang bodoh, ini orang mengerti, sarjana. Ya, saya hanya berfikir ini memang sarjana betul atau …??? Mereka komentar status di FB itu negatif saja. Sementara baliho yang dipasang dimana-mana juga dikomentari. Saya bilang ini orang ”, kata Bupati tidak melanjutkan kalimatnya.

“Sudahlah jangan digubris itu. Yang penting bagaimana caranya kita bisa menghijaukan dan membersihkan semua Kelurahan di kota ini”, tambahnya
JOSIS Dj. GIGY: FALSAFAH KAMI ORANG SABU KAMBANIRU, SEKALI TANAM TUMBUH DAN BERHASIL
Senada dengan Lurah, Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumba Timur, Ir. Josis Jawa Gigy,M.Si bersemangat dalam kalimat-kalimat sambutannya, mendorong warga Kambaniru untuk mencintai lingkungan sekitar. Menurutnya, Gerakan WGC merupakan panggilan asasi bagi masyarakat Sumba Timur. Pemilihan SDM Kambaniru 2 menjadi lokasi pencanangan Gerakan WGC di Kelurahan Kambaniru dinilainya sangat tepat, sebagai upaya untuk membimbing anak-anak, generasi muda membiasakan diri hidup bersih dan terbiasa menghijaukan lingkungannya. Tidak berakhir pada hari ini saja, kata Josis, karena kebutuhan hidup bersih dan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan tetap diperlukan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi.
 “Falsafah kami orang suku Sabu Kambaniru sekali tanam tumbuh dan berhasil, menghijaukan lingkungan sudah menjadi kebiasaan dan mengakar sejak dulu bagi kami warga Kambaniru”, ungkap Josis.
Disinggung Josis tentang upaya penghijauan di wilayah Kampung Padadita Kambaniru, menurutnya hal yang tersulit dan menghambat penghijauan di sana adalah minimnya air. Kampung Padadita mempunyai ketinggian tanah yang tidak dapat dijangkau oleh pipa air PDAM, sehingga diharapkan proyek air bersih/perpipaan yang saat ini tengah dikerjakan oleh kontraktor akan mampu menjangkau ke sana.
“Kami bertekad akan tetap menghijaukan Padadita”, tambah Josis.
PALULU P. NDIMA: 30 % LUAS KOTA WAINGAPU HARUS MENJADI RUANG TERBUKA HIJAU
Ketua DPRD Sumba Timur, Palulu P. Ndima juga memberikan kata sambutan dalam acara pencanangan WGC tersebut. Ia menyoroti tentang pemanasan global yang tengah menjadi perhatian dunia. Menipisnya lubang ozone mengakibatkan sinar ultra-violet matahari tanpa hambatan akan masuk ke bumi dinilainya sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk bumi lainnya. Naiknya suhu udara di bumi, semakin pasangnya air laut akibat gunung es di kutub mencair terus-menerus dapat menyebabkan pulau-pulau kecil suatu ketika dapat tenggelam.
“Sudah diatur dalam UU nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang, 30 persen dari luas kota Waingapu harus menjadi ruang terbuka hijau, 20 persen dari wilayah kota Waingapu harus menjadi ruang terbuka hijau publik. Rumah kita jika tanah pekarangannya cukup luas maka 10 persennya kita punya kewajiban untuk menghijaukannya”, ujar Ketua DPRD.
Sementara itu Kepala Sekolah SDM Kambaniru 2, Samarince Ratu Eda, S.Pd ditemui wartawan mengatakan, jumlah murid di sekolah asuhannya berjumlah 350 orang, setiap murid akan diberi tanggung jawab untuk menanam dan merawat 1 pohon.
 “Itu saya maksudkan agar murid-murid  kami membiasakan diri untuk peduli terhadap lingkungannya, coba lihat pohon sukun itu (sambil menunjuk 1 pohon sukun berumur lebih kurang 1 tahun yang tumbuh di depan salah satu ruang kelas; red) saya senang ternyata pohon yang mampu memberikan buah itu bisa tumbuh di lingkungan sekolah kami. Kami mendapatkan bantuan dari WGC 50 anakan sukun dan 100 anakan cendana, orang tua murid juga membantu kami menggali tanah untuk ditanami anakan”, ujarnya.
Selesai acara pencanangan dilanjutkan dengan aksi menanam pohon cendana dan sukun di lahan kosong SDM Kambaniru 2 oleh para pejabat dan warga. (ditulis oleh: hsmjuf)

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Ini program bagus yang dijalankan secara tidak bagus. Didaerah daerah lain, gerakan ini didanai oleh sponsor, tetapi di SUMTIM digelontorkan dari dana APBD, yang disinyalir sudah dilaporkan ke KPK sebesar 300 juta.. dan diyakini akan segara naik, karena adanya rencana pemebelian kendaraan bermotor untuk angkut sampah.

    Gerakan bagus ini tidak akan ditentang oleh siapapun andaikata jelas penggunaan dananya. Uang 300juta dana apbd itu sudah dibelikan apa saja?

    Tentang manfaat program ini juga, kalau dibilang oleh gidion bahwa ini untuk membuat waingapu menjadi sejuk, adalah mimpi disiang bolong. Waingapu nggak akan bisa sejuk, lha wong emang daerahnya kering koq.

    Ketua programnya juga dipilihnya tidaklah cantik.
    Apakah tidak ada orang lain yg lebih kompeten? Ketua adalah satu satunya wartawan koran timex, lalu juga menjabat beberapa jabatan lain..termasuk di partai golkar?
    Apakah tidak ada orang lain yang lebih pintar? Apakah si wartawan yg tidak pernah menulis masalah sosial di masyarakat ini sudah kurang kerjaan, jadi dibebani begitu banyak jabatan2 aneh?
    Bukankah sebagai wartawan, di sebaiknya hanya fokus di menulis berita yang lebih baik?
    Dia tidak pernah menulis tentang pasar inpres yang sudah menghabiskan milyaran rupia dan dengan waktu pengerjaan yg sudah jatuh tempo, tetapi belum kelar juga.
    Bagaimana dengan kasus jembatan payeti?
    Bagaimana dengan kasus polisi cabul alexander?
    Bagaimana dengan kasus ijazah palsu?
    ......
    Kemana saja wartawan ini? Dimana naluri jurnalistiknya?
    Apakah timex sudah menjual harga dirinya kepada pemda karena pemda menjamin pembelian eksemplar?
    Tidak adakah putra sumba timur lainnya yang lebih pintar dari djunaidi garib? sayayakin dia bukan seorang sarjana yg pintar. Mungkin pula bukan seorang sarjana.


    Sementara ada program penanaman anakan di sekitar kota, di daerah Wanggameti malahan tambang didukung si gidion ini.
    Buktinya? Dia nggak pernah mau serius menghentikan pkerjaan tambang pt.fathi itu di wahang.
    Bukankah pembukaan tambang akan membuat hutan lindung itu akan hancur?
    Dimana gidion waktu orang orang wahang mau ketemu? Ketika ada program yg memakai dana apbd, paitua selalu hadir, dengan foto sebesar lapangan prailiu.
    Kalau sekarang komisi C "baru berencana" membawa masalah ini ke rapat paripurna, kenapa tidak dari dulu? Apa yang kalian tunggu wakil rakyat?
    sungguh, saya berharap mereka tidak terpilih lagi nanti.
    Rezim ini tidak bagus!

    Jadi gidion, ali dan djunaidi garib, nikmatilah selagi masih diatas. 2 tahun lagi, semuanya akan ditagih!

    BalasHapus