Waingapu: Minimnya investasi pihak luar di
Sumba Timur kerap kali dibicarakan dan mendapat sorotan dari banyak pihak.
Tentu saja ini mejadi PR yang harus mendapatkan perhatian dan langkah serius
dari Pemkab Sumba Timur untuk mendongkrak PAD yang selama ini sebagian besar
mengandalkan dari sektor pajak proyek pembangunan, sedangkan untuk sektor
lainnya sangat minim, hasil Musrenbangkab tahun 2012 total PAD Sumba Timur
adalah pada kisaran 5% dari total APBD, sedangkan 95% lainnya mengandalkan dari
bantuan pemerintah pusat. Dari tahun ke tahun kondisi stagnan ini tidak
berubah, memang patut diakui ada usaha Pemkab untuk mendorong perolehan PAD
meskipun hal ini tidak serta merta bisa meningkat tajam, perlu aksi konkrit dan
sedikit keberanian untuk jemput bola terutama mencari cara yang cerdas agar
kondisi ini berubah lebih signifikan, misalnya dengan mendatangkan investor
yang mampu mengelola sumber daya yang ada di Sumba Timur dengan tujuan dapat
memberikan pendapatan bagi Pemkab.
Perhatian
serius ini disampaikan oleh Pau Djara Liwe, SH, salah seorang ahli hukum yang
tak asing lagi di Sumba Timur, juga dikenal sebagai Notaris, di ruang kerjanya Ruko
jalan Ahmad Yani Waingapu, Senin (06/01), ia menginginkan agar PAD Sumba Timur
segera dapat ditingkatkan agar masyarakat Sumba Timur dapat mencapai sejahtera.
Menurutnya,
investasi dari para investor saat ini sangat diperlukan untuk menggerakkan
perekonomian Sumba Timur. Selama ini yang terjadi adalah dari mulai nenek
moyang, para petani dan peternak sebagai tulang punggung perekonomian hanya
mengandalkan sistem kerja tradisional saja, karena tidak ada sentuhan teknologi
tepat guna juga permodalan yang besar. Tanpa itu, segala upaya akan sia-sia,
modal besar dan teknologi tepat guna hanya bisa diperoleh dari para investor.
“Siapa yang
mampu membawa teknologi ke sini, yang
mampu mengelola teknologi, ya investor. Investor tidak akan mau jika IP-nya
tidak produktif, siapa yang harus menciptakan iklim kondusif, ya pemerintah
dong”, ujar lulusan S2 Kenotariatan Universitas Airlangga ini.
Ketika
masyarakat Sumba Timur, kata dia, ingin menciptakan teknologi tepat guna dan mendapatkan
permodalan maka itu memerlukan investasi dari pihak luar, tidak cukup modal
perbankan ataupun bantuan permodalan pemerintah. Kebanyakan modal masyarakat
sangat kecil untuk dapat mengelola usaha di bidang mereka masing-masing.
Ditanya
tentang penyebabnya, Pau Djara Liwe menduga akibat kurangnya promosi kepada
pihak luar dan yang paling krusial pemerintah belum mampu menciptakan iklim
kondusif agar investor mau dan betah berinvestasi di Sumba Timur, secara kasat
mata ada kecenderungan seperti itu.
“ Iklim
kondusif ini artinya bagaimana caranya kita menjemput
bola melalui promosi dan loby-loby terhadap pengusaha-pengusaha kaya dan
investor, ini harus dilakukan. Bukan berarti kita melacurkan diri tetapi dengan
jalan bagaimana kita dapat memaparkan data-data yang akurat tentang potensi
yang kita miliki. Tanpa itu, tentu tidak bisa terwujud. Bappeda patut memiliki
data-data tersebut, kira-kira punya nggak data yang akurat tentang areal tanah yang
boleh dikelola disini, ketika investor akan berinvestasi semua data sudah harus
siap dan jelas. Ini yang paling penting, saya menduga kita belum punya data
tentang itu”, kata dia.
Setiap ada
gejala konflik di daerah, tambah dia, intervensi pemerintah harus dilakukan.
Karena fungsi pemerintah adalah mediator sekaligus regulator. Salah satu
barometer kemajuan suatu daerah adalah berapa banyak investor yang masuk dan
berhasil mengelola suatu daerah menjadi daerah produktif, ungkapnya.
PAD SUMBA TIMUR MENINGKAT SECARA
KWANTITAS, BERBAGAI PELUANG DAN POTENSI TELAH DITAWARKAN KEPADA INVESTOR
Menanggapi
kritikan Pau Djara Liwe, SH tersebut pada tabloid ini, Plt. Sekda Kabupaten
Sumba Timur, Bargam Ngg. Landumeha, SH, M.Si, Senin (07/01) di ruang kerjanya
menampik pendapat Pau Djara Liwe. Bargam juga disebut-sebut sebagai calon kuat
Sekda Definitif yang akan dilantik awal tahun ini, menurutnya PAD Sumba Timur makin
tahun makin meningkat dari sisi kwantitas, tahun 2012 PAD Sumba Timur Rp. 30
milyar lebih, dari DAU Rp. 600 milyar lebih, data lengkap ada pada DPPKAD,
katanya (jika diprosentasekan, PAD pada kisaran 5% dari total APBD; red.).
Pemkab juga tetap
memediasi jika ada gejala konflik antara masyarakat dengan investor, kata
Bargam, dilakukan dengan berbagai pendekatan, gejala konflik hanya pada PT. NTT
Maize di Kaliuda dan PT. Fathi Resources pengelola eksplorasi pertambangan di
Sumba Timur, sedangkan yang lainnya tetap berproses dan menjalankan aktifitasnya,
ada di bidang pertanian, peternakan, dan seterusnya. Tetapi bahwa penyelesaian
sengketa atau konflik itu masih berproses itu sesuatu yang tidak bisa kita
bantah, ujarnya.
Dilanjutkan
Bargam, ada sekian banyak investor yang Pemkab berikan ijin lokasi dan pengelolaan
lahan, beberapa di antaranya sudah berproses tetapi diakuinya ada sebagian lagi
yang sudah mendapatkan ijin tetapi tidak beraktifitas, alasannya apa, belum
diketahui secara jelas. Tetapi Pemkab dalam waktu dekat akan melakukan evaluasi
terhadap semua aktifitas para investor untuk diambil langkah yang tepat/sangsi
tegas bagi investor yang tidak melakukan aktifitas setelah mengantongi ijin lokasi
dan pengelolaan lahan.
Data pada
BPMPP Kabupaten Sumba Timur, Selasa (08/01) ketika wartawan mengkopi menyebutkan
sekitar 18 investor yang sudah mengantongi ijin lokasi dan pengelolaan lahan di
bumi Marapu, tetapi hanya beberapa di antaranya yang melakukan aktifitas,
sebagian lainnya menghilang ditiup angin
setelah mengantongi ijin lokasi dan pengelolaan lahan, belum jelas benar
mengapa demikian, namun demikian beberapa investor sudah melakukan aktifitas,
di antaranya PT. Fathi Resources, PT. Bakrie Power, PT. NTT Maize, PT. Ade Agro
Industri, PT. Sinar Fajar Agro Lestari, dan PT. Biofarm, sebagian investor
lainnya sedang berproses untuk mendapatkan perijinan maupun melakukan survey.
Bargam
melanjutkan, Pemkab Sumba Timur tidak menutup diri terhadap masuknya investor,
berbagai peluang dan potensi yang ada telah ditawarkan, sampai saat ini banyak
permintaan ijin lokasi tetapi Pemkab masih selektif untuk mengabulkannya karena
beberapa pertimbangan. Dari pengalaman
yang ada, Pemkab akan melakukan evaluasi juga terhadap para calon investor,
jangan sampai setelah mengantongi ijin lokasi malah menghilang, nanti kita
lihat, ujarnya.
Ditanya cara
Pemkab melakukan promosi agar investor mau berinvestasi di Sumba Timur, Plt.
Sekda ini menjawab, caranya, investor
yang datang untuk menawarkan program dan kegiatannya, kami tindak lanjuti
dengan memberikan data-data dan potensi yang tersedia serta menunjukkannya
secara langsung ke lokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar