Waingapu: Pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) Pemilukada Gubernur (Pilgub) NTT nomor urut 1,
Esthon Foenay- Paul E. Tallo yang diusung Partai Gerindra giliran berkampanye
di Waingapu, Selasa (05/03). Esthon tanpa didampingi Cawagub Paul E. Tallo memilih jadwal kampanye hari pertamanya di wilayah V (daratan Sumba) di KM 3 Kambajawa, Waingapu dengan memaparkan
visi-misi; program dan rencana kerjanya di hadapan undangan dan publik.
Esthon didampingi istri datang bersama
rombongan, tampak turut serta Fary Francis Anggota DPR RI dari Partai Gerindra.
Kampanye dihadiri sekitar tak lebih dari 250 orang, termasuk Wakil Bupati dr.
Matius Kitu bersama istri. Terekam kamera wartawan 5 orang PNS yang
“bolos” saat jam kerja turut menghadiri kampanye, ada yang memakai seragam PNS
dan beberapa lainnya memakai pakaian bebas. Acara kampanye selama dua setengah
jam ini dimulai pukul 10.00 hingga 12.30 Wita. Pilgub NTT akan digelar 18 Maret 2013.
Banyak hal menarik dari beberapa
statemen kampanye Esthon Foenay kali ini. Antara lain dalam pidatonya
sebagaimana kandidat lainnya Esthon berjanji kalau menang, Esthon dari Timor dan Paul dari Flores maka Sekda Provinsi NTT nanti 100% orang Sumba.
Disinggung juga oleh Esthon Foenay tentang konsep dan perencanaan Anggur Merah dan sedikit latar belakang proses mekarnya Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat Data (SBD) dari Kabupaten
induknya yakni Sumba Barat.
“Konsep Anggur Merah atau
Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera berasal dari Pemprov NTT. Konsep ini
mempunyai tiga hal penting, pertama investasi modal, yakni tiap desa miskin
dialokasikan sebesar Rp. 250 juta. Dana ini adalah dana hibah yang sesuai
nomenklatur harusnya adalah dana perbantuan lewat APBD langsung ke masyarakat.
Kedua dalam rangka proses penaggulangan kemiskinan dan pengangguran, oleh
karena itu, ini merupakan investasi SDM melalui penguatan fasilitator atau
pendamping kelompok untuk menyediakan seluruh manajemen dari kegiatan. Yang
ketiga, dana Anggur Merah sudah disebar ke 287 desa/kelurahan, ini adalah dana
pemerintah Provinsi NTT, “bukan dari
siap-siapa”, dan tentunya konsep desain terhadap rencana percepatan ini
dari Wakil Gubernur (Esthon Foenay) yang merupakan mantan Kepala Bappeda 9
tahun”, kata Esthon, tampak sedikit bangga.
“Siapa yang mau berkompetisi,
mari kita berkompetisi, dalam konsep pembangunan daerah NTT. Karena Esthon
Foenay ,(Esthon Foenay menyebut dirinya), mulai dari golongan IIA sampai IVE
dan bekerja di Bappeda, berarti, luar kepala kalau soal konsep pembangunan, biasanya
(sebagai contoh) jarang disebut soal siapa yang mendesain sebuah rumah, itu
tidak disebut, itulah ”pahlawan tanpa
nama” yang sekarang maju sebagai kandidat Gubernur”, ujar Esthon.
“Desain terhadap pembangunan Desa
di NTT termasuk untuk pemekaran wilayah Sumba Tengah dan SBD, itu pekerjaan
satu tahun setengah di ruang kerja Kepala Bappeda NTT, atas izin dari Kepala
Bappeda yang bernama Esthon Foenay (Esthon menyebut dirinya lagi). Jadi kalau
ada orang yang tanya, yang bilang ini adalah inisiatif pribadi dan punya
pribadi, kalau kebetulan makan sirih pinang sumbur saja di situ”, tandas
Esthon, diwarnai gelak tawa peserta kampanye.
“Jadi semua konstelasi
pembangunan daerah itu terstruktur dalam kerja di dalam sistim, dan ini
pemerintah punya dan dilegitimasi otoritas terhadap Rp. 250 juta oleh DPRD. Ke
depan ada juga begitu tetapi bentuknya lain”, jelas Esthon Foenay.
ditulis oleh: hisyam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar